TK
atau Taman Kanak-Kanak merupakan proses awal pendidikan formal yang didapatkan
oleh anak-anak yang umumnya berumur 4 tahun – 7 tahun. TK digunakan sebagai
tempat sosialisasi anak kedua selain rumah dan lingkungan sekitar. Dunia
kanak-kanak memang menyenangkan. Banyak hal yang terjadi dalam proses
pendidikan. Entah kenakalan ataupun kepandaian anak-anak dalam menyelesaikan
tugas belajar. Dalam keadaan yang demikian, pendidik memiliki peranan untuk
selalu menilai anak-anak didiknya melalui tiga aspek yakni kognitif,
psikomotorik dan afektif. TK diciptakan sebagai sekolah yang progresif dan giat
dalam mengembangkan potensi diri si anak didik untuk menjadi sekolah yang bisa
melayani kebutuhan anak didiknya dalam belajar dan mencapai hasil yang terbaik. Di dalam kelas, anak didik juga dapat
mengasah kemampuannya dengan cara ikut berpartisipasi dalam adegan yang telah
dipragakan oleh guru. Misalnya melompati tali dengan ketinggian 50 cm, disini
guru dapat melihat keaktifan dan kemampuan anak didik dalam melompat tali. Hal
ini terkait dengan sistem penilaian yang berlaku di sekolah tersebut. Dengan
melihat kemampuan seorang peserta didik melalui kegiatan belajar mengajarnya,
seorang pendidik telah mampu menilai perkembangan kreatifitas dan kemampuan
peserta didik.
Sistem
penilaian akan bergantung pada semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta
didik. Dengan melakuakan pengamatan setiap harinya terhadap perkembangan
kompetensi para peserta didik secara continue, seorang pendidik akan
mendapatkan hasil asesment yang lebih valid. Karena, secara normatif proses
evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun belajar, sehingga hasil
evaluasi lebih bersifat komprehensif. Hasil
asesmen tersebut tentunya akan menunjukkan sejauh mana kemampuan pendidik dalam
membantu peserta didik untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang
dipelajarinya melalui kegiatan belajar mengajar. Fungsi dari assessmen in
education atau sistem penilaian dalam pendidikan tersebut adalah untuk
menggunakan data hasil penilaian sebagai alat evaluasi bagi peserta didik
secara individual dan juga bagi lembaga pendidikan tempatnya belajar.
Sistem Penilaian merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi belajar
peserta didik. Karena dengan sistem penilaian pendidikan dapat diketahui proses
perkembangan para peserta didik melalui pengamatan pendidik sehari-hari. Bentuk
penilaian yang ada di TK biasanya berupa bintang bukan angka. Sedikit banyaknya
bintang yang diperoleh peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk lebih
semangat atau lebih terpuruk dalam pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta
didik memiliki 2 fungsi: pertama adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta
didik secara individual sehingga pendidik dapat memberikan perhatian lebih bagi
mereka yang mengalami kemunduran dalam proses belajar, fungsi kedua adalah agar
pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta didik atas proses pendidikan yang
telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki referensi yang akurat atas
perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses belajar dan dapat merumuskan
pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
Dalam menentukan apakah peserta didik yang bersangkutan telah menguasai
kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, hanya oleh
pendidik tentunya. Sebab pihak yang paling mengetahui perkembangan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan hanyalah
pendidik. Hal ini sejalan dengan apa yang termaktub dalam UU No.20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 58 ayat 1 bahwa ‘evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan’. Di dalam pendidikan yang
bertingkat anak-anak atau biasa disebut dengan TK, penilaian yang baik peserta
didik selalu dinantikan oleh para wali murid. Mereka menunggu hasil belajar
anak-anaknya. Hal inilah yang menjadi para wali murid penasaran dengan sistem
penilaian yang ada di TK anak-anaknya. Dengan sistem pemberian bintang kepada
peserta didiklah yang menggambarkan keaktifan peserta didik tersebut. Dengan
sistem penilaian yang demikian pendidik mencoba menawarkan kepada peserta didik
untuk selalu memiliki semangat yang tinggi dalam belajar.
Sistem
penilaian pendidik mampu mewakili gambaran dari perkembangan kemampuan atau
kreatifitas yang diperoleh peserta didik melalui proses belajar mengajar di
dalam maupun diluar kelas. Pendidikan merupakan alat bantu untuk penilaian kemampuan setiap peserta didiknya. Dalam paper
ini, peneliti meneliti sistem penilaian yang bagaimanakah yang ada dalam ranah
pendidikan kanak-kanak (TK).
Sistem
Penilaian merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi proses belajar
peserta didik. Karena dengan sistem penilaian pendidikan dapat diketahui proses
perkembangan para peserta didik melalui pengamatan pendidik sehari-hari. Bentuk
penilaian yang ada di TK biasanya berupa bintang bukan angka. Sedikit banyaknya
bintang yang diperoleh peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk lebih
semangat atau lebih terpuruk dalam pendidikan. Perolehan tersebut bukan
merupakan bukti dari perkembangan peserta didik yang benar. Karena penilaian
secara instan tersebut hanya bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar
lebih giat belajar dengan bukti banyaknya stempel bintang di tangan peserta
didik. Pendidik tidak akan memberikan nilai yang kurang baik di mata peserta
didik. Akan tetapi penilaian tersebut dapat melalui konseling dengan orangtua peserta didik
secara langsung dan melalui hasil raport tiap semesternya.
Kuantifikasi
hasil penilaian belajar peserta didik tentu saja menjadi alat untuk
menghasilkan manusia mekanis yang diredusir pada kemampuan akademis yang tidak
memiliki kemampuan dalam menjawab integritas manusia sebagai pribadi yang
dikaruniai aneka macam keistimewaan seperti akal budi, kehendak, emosi, dan
berbagai macam keunikan lainnya, sebab itulah, seharusnya sistem penilaian
hasil belajar peserta didik harus dikembangkan dengan docimologi, sebagai suatu
cara penilaian dengan menekankan bahwa akuisisi ilmu dipahami bukan dalam arti
banyaknya jumlah gagasan serta pengetahuan yang dapat dipahami dan diterima
peserta didik, namun sejauh mana pengetahuan itu dapat mengubah sikap dan
perilaku yang koheren dengan konsep sebuah sekolah yang mendidik. TK yang
merupakan tempat awal pendidikan formal dari kanak-kanak, memberikan konsep
atau sistem penilaian yang berbeda dari lembaga pendidikan yang bertingkat
lebih lanjut seperti SD, SLTP, SMA maupun Perguruan Tinggi (PT). Di lembaga
pendidikan yang lebih lanjut, sistem penilaian berupa angka yang mana angka
tersebut dapat menggambarkan peningkatan atau penurunan kemampuan peserta didik
dalam memahami suatu pelajaran. Dimana angka tersebut dikualifikasikan menurut
angka yang diperoleh. Sistem penilaian akan bergantung pada
semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan melakuakan pengamatan
setiap harinya terhadap perkembangan kompetensi para peserta didik secara
continue, seorang pendidik akan mendapatkan hasil asesment yang lebih valid.
Karena, secara normatif proses evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun
belajar, sehingga hasil evaluasi lebih bersifat komprehensif. Hasil
asesmen tersebut tentunya akan menunjukkan sejauh mana kemampuan pendidik dalam
membantu peserta didik untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang
dipelajarinya melalui kegiatan belajar mengajar. Fungsi dari assessmen in
education atau assesment dalam pendidikan tersebut adalah untuk menggunakan
data hasil penilaian sebagai alat evaluasi bagi peserta didik secara individual
dan juga bagi lembaga pendidikan tempatnya belajar. Mengacu pada data hasil
penilaian, secara langsung dapat mengevaluasi sistem pembelajaran yang mana
efektif atau tidak. Penilaian ini dilakuakan secara berkala.
Sistem
Penilaian Pendidikan Dalam Ranah Kanak-Kanak
Dalam
pendidikan di tingkat kanak-kanak, pendidik harus memiliki sifat yang lebih
sabar dalam mendidik peserta didik. Karena dalam ranah ini, mereka berhadapan
dengan anak-anak yang mana mereka belum mengetahui mana yang baik dan yang
buruk. Pendidikan dalam ranah kanak-kanak, dipakai untuk perkenalan awal
peserta didik di dunia pendidikan. Membawa mereka dalam pelajaran yang
menyenangkan dan tidak menekan kehendak peserta didik untuk melakukan suatu
hal. Dalam hal ini berkaitan dengan tugas. Pendidikan yang diperoleh peserta
didik hanyalah pendidikan dasar sebagai seorang anak. Yang mana diajarkan
tentang keberanian, kedisiplinan, interaksi dengan lingkungan baru, dan
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan yang
berada di level bawah ini memberikan pengetahuan kepada peserta didik dari hal
yang tidak tahu menjadi tahu. Seperti mengetahui apa guna matahari. Dalam
menangkap dan memahami pelajaran yang diperoleh, pseserta didik diamati dan
dibimbing dalam perkembangan kemampuan dan kreatifitas mereka. Seorang Pendidik
akan selalu mengamati perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik para peserta didik.
Kognitif
Adalah
cara kerja akal manusia yang bersumber pada otak yang dapat memahami materi
pembelajaran secara akal sehat. Bentuk nyata dari kognitif adalah hasil
nilai(angka/huruf) yang diperoleh di dalam raport atau dalam kegiatan
sehari-hari. Tetapi hasil dari kognitif TK bukan berupa angka atau huruf,
melainkan memakai penilaian dalam bentuk pemberian stempel” bintang” pada tangan
atau buku kerja peserta didik. Bintang merupakan bentuk nilai yang didapat oleh
peserta didik. Tingkatan nilai dalam bintang adalah bintang satu berarti peserta
didik tergolong belum mampu dalam mengerjakan tugas, bintang dua berarti peserta
didik (rata-rata) mampu mengerjakan tugas, bintang tiga berarti peserta didik
sudah mampu mengerrjakan tugas , bintang empat berarti peserta didik sangat
mampu dalam mengerjakan tugas. Nilai bintang ini akan diberikan oleh pendidik
kepada peserta didik dengan bentuk setempel yang berbentuk bintang. Stempel ini
akan diberikan bila si anak didik sudah menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dalam
prakteknya, sistem penilaian berupa stempel bintang yang diberikan oleh para
pendidik yang ada di tangan ataupun buku kerja peserta didik, kebanyakan
hanyalah dipakai untuk menumbuhkan semangat yang berkesinambungan dalam belajar
mengetahui, memahami, dan mengerjakan suatu hal yang baru atau yang sering
dilakukan. Peserta didik yang berada dalam ranah ini memerlukan “bombongan”
pendidik untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di dalam ataupun diluar
kelas. Sehingga stempel bintang merupakan jembatan untuk memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat lagi dalam belajar. Pemberian stempel
pada tangan atau buku kerja yang langsung diberikan kepada peserta didik lebih
bagus dari kenyataannya. Maksudnya disini adalah banyak atau sedikit bintang
yang diperoleh bukanlah hasil asli dari sistem
penilaian pendidik dalam ranah kanak-kanak. Karena pendidik memiliki
catatan tersendiri hasil penilaian yang asli, yakni berupa SKH. Pemberian nilai
yang dicatat dalam buku SKH yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana didalamnya
terdapat laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap satu persatu
atas perkembangan kemampuan peserta didiknya melalui indikator kegiatan belajar
setiap harinya. Setiap harinya, didalam SKH akan dituliskan kegiatan dan siapa
saja yang nama peserta didik yang telah mampu mengikuti pelajaran dengan lebih
baik, standart atau mengalami penurunan dalam belajar. Hal ini akan terlihat
pada kegiatan proses belajar mengajar bahwa peserta didik rata-rata mampu,
sudah mampu dan sangat mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan peserta
didik. Baru pada akhir semester, bentuk
kongkrit dari kognitif ini berupa penjelasan tentang kondisi peserta didik di
dalam raport. Sehingga para wali murid peserta didik mengetahui bagaimana
perkembangan kemampuan anak-anaknya.
Di dalam
pendidikan ranah kanak-kanak, Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik
digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan kinerja lembaga pendidikan dalam
mendampingi peserta didiknya. Fungsi lainnya adalah pertama, untuk mengetahui
kemajuan belajar peserta didik secara individual sehingga pendidik dapat
memberikan perhatian lebih bagi mereka yang mengalami kemunduran dalam proses
belajar, fungsi kedua adalah agar pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta
didik atas proses pendidikan yang telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki
referensi yang akurat atas perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses
belajar dan dapat merumuskan pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan peserta didik.
·
Afektif
Merupakan
apresiasi dari perasaan atau psikologi atau kejiwaan seseorang. Afektif
ini berkaitan dengan rasa estetika (keindahan),
apresiasi ( kesenian,olahraga, menggambar,musik,dll), dan berkaitan dengan
humanitas anak didik. Afektif tidak dapat diukur oleh nilai, tetapi sejauh mana
anak didik tersebut merasa nyaman dan diperhatikan. Di dalam kelas peserta
didik berebut dalam mendapatkan simpati dari pendidik. Mereka saling berlomba
untuk mendapatkan perhatian dari pendidik. Seperti pada saat peserta didik
melakukan kegiatan belajar, anak dapat mengerjakan tugas dengan baik kemudian pendidik
memberikan pujian kepada anak didik. Misalnya saja pada kegiatan belajar, peserta
didik diberikan kegiatan belajar untuk menggambar bebas bentuk dasar lilin.
Para peserta didik saling ingin mendahului untuk dapat menyelesaikan tugas
dengan cepat. Pendidik pun memberi
motivasi barang siapa yang dapat menyelesaikan dengan cepat akan diberikan
bintang empat. Peran bintang disini bukan sebagai aspek penilaian yang
sebenarnya. Bintang diberikan kepada anak didik dengan tujuan agar ada motivasi
pada diri anak didik dalam menyelesaikan tugas dengan cepat. Anak didik yang
mendapatkan bintang ditangannya akan merasakan senang karena anak didik hanya
mengetahui bahwa bintang merupakan simbol dari kepandaian mereka. Sehingga
dalam setiap mengerjakan tugas, anak didik akan selalu diberi motivasi ”siapa
yang selesai dengan cepat akan mendapatkan bintang empat”. Meskipun pendidik
tahu bahwa semua peserta didiknya akan diberikan bintang empat, bintang tiga
ataupun bintang dua. Tingkatan bintang yang diperoleh peserta didik bertujuan
agar peserta didik akan mampu bersaing dengan peserta didik yang lain untuk
memperoleh deklarasi kepandaian atau kecerdasan mereka melalui perolehan
stempel bintang. Sehingga akan memicu proses perubahan dari peserta didik agar
selalu berlomba atau bersaing dalam setiap kegiatan. Motivasi ini dibangun
dengan tujuan agar peserta didik tidak merasa putus asa dalam perolehan stempel
bintang. Akhirnya peserta didik semangat untuk datang ke sekolah. Meskipun
dengan tujuan datang ke sekolah bukan untuk bersaing melainkan mendapatkan
teman yang lebih banyak daripada di rumah. Akan tetapi proses ini secara tidak
langsung akan memaksa peserta didik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar
seperti teman-temannya.
Psikomotorik
berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan (skill) seseorang.
Bentuk nyata dari produk psikomotorik adalah berupa
hasil karya ( produktifitas). Psikomotorik peserta didik dapat dilihat dari
hasil karyanya dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini mengambil contoh kemampuan
peserta didik dalam mengerjakan kegiatan belajar berdiri satu kaki dengan tumit
di atas kursi. Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam mengerjakan
kegiatan belajar ini. Setiap peserta didik diharapkan mampu mengerjakan tugas
ini. Dalam SKH, peserta didik melakukan kegiatan ini secara individu. Dengan
cara unjuk kerja yang dilakukan di depan kelas. Pendidik akan memberikan contoh bagaimana berdiri satu kaki
dengan tumit di atas kursi kemudian peserta didik baru menirukan. Dari sini, pendidik
sudah dapat mengamati siapa saja anak didiknya yanng mampu melakukan dan siapa
yang belum mampu. Dari kegiatan ini, peserta didik tidak hanya mengasah dari
segi kemampuan saja. Melainkan juga memberikan pada peserta didik untuk berani
dalam setiap kegiatan dan belajar untuk berinteraksi kepada peserta didik
lainnya. Yang mana peserta didik akan bergembira dengan kegiatan yang
menyenangkan tersebut. Sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi secara
baik.
Sistem penilaian
pendidikan yang ada di ranah kanak-kanak sebenarnya hanyalah proses pemberian
motivasi agar peserta didik selalu bersemangat untuk belajar. SKH dan raport
lah yang merupakan bentuk asli dari penilaian di tingkat pendidikan ini.
Penilaian tersebut melalui perkembangan kemampuan yang berupa kognitif,
afektif, dan psikomotorik para peserta didik.
Kesimpulan
Pendidikan dalam ranah kanak-kanak
merupakan langkah awal seorang anak mengenal pendidikan. Dunia kanak-kanak
memang menyenangkan. Banyak hal yang terjadi dalam proses pendidikan. Entah
kenakalan ataupun kepandaian anak-anak dalam menyelesaikan tugas belajar. Dalam
keadaan yang demikian, pendidik memiliki peranan untuk selalu menilai anak-anak
didiknya melalui tiga aspek yakni kognitif, psikomotorik dan afektif. Sistem
penilaian akan bergantung pada semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta
didik. Dengan melakuakan pengamatan setiap harinya terhadap perkembangan
kompetensi para peserta didik secara continue, seorang pendidik akan
mendapatkan hasil asesment yang lebih valid. Karena, secara normatif proses
evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun belajar, sehingga hasil
evaluasi lebih bersifat komprehensif. Penilaian hasil belajar peserta
didik memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : pertama adalah untuk mengetahui
kemajuan belajar peserta didik secara individual sehingga pendidik dapat
memberikan perhatian lebih bagi mereka yang mengalami kemunduran dalam proses
belajar, fungsi kedua adalah agar pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta
didik atas proses pendidikan yang telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki
referensi yang akurat atas perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses
belajar dan dapat merumuskan pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan peserta didik.
Sistem
Penilaian pendidikan dalam ranah kanak-kanak melalui tiga aspek, yakni kognitif,
psikomotorik dan afektif. Bentuk nyata dari Penilaian Kognitif ini adalah
berupa hasil nilai(angka/huruf) yang diperoleh
di dalam raport atau dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi hasil dari kognitif TK
bukan berupa angka atau huruf, melainkan memakai penilaian dalam bentuk
pemberian stempel” bintang” pada tangan atau buku kerja peserta didik. Bintang
merupakan bentuk nilai yang didapat oleh peserta didik. Pemberian nilai yang
konkrit dicatat dalam buku SKH yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana
didalamnya terdapat laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap
satu persatu peserta didiknya. Setiap harinya, didalam SKH akan dituliskan
kegiatan dan siapa saja yang nama peserta didik yang telah mampu mengikuti
pelajaran dengan lebih baik, standart atau mengalami penurunan dalam belajar. Hal
ini akan terlihat pada kegiatan proses belajar mengajar bahwa peserta didik
rata-rata mampu, sudah mampu dan sangat mampu dalam mengerjakan tugas yang
diberikan peserta didik. Baru pada akhir
semester, bentuk kongkrit dari kognitif ini berupa penjelasan tentang kondisi
peserta didik di dalam raport. Sehingga para wali murid peserta didik
mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan anak-anaknya.
Kedua,
adalah Afektif. Hal ini berkaitan dengan
rasa estetika (keindahan), apresiasi ( kesenian,olahraga,
menggambar,musik,dll), dan berkaitan dengan humanitas anak didik. Afektif tidak
dapat diukur oleh nilai, tetapi sejauh mana anak didik tersebut merasa nyaman
dan diperhatikan. Yang mana mampu untuk peserta didik bersaing dalam mendapat
perhatian pendidik melalui ketangkasan dan kecepatan peserta didik dalam
mengerjarkan kegiatan belajar. Kemudian stempel Bintang diberikan kepada anak
didik dengan tujuan agar ada motivasi pada diri anak didik dalam menyelesaikan
tugas dengan cepat. Anak didik yang mendapatkan bintang ditangannya akan
merasakan senang karena anak didik hanya mengetahui bahwa bintang merupakan
simbol dari kepandaian mereka.
Ketiga,
adalah Psikomotorik. Bentuk nyata dari produk psikomotorik adalah berupa hasil
karya ( produktifitas). Psikomotorik peserta didik dapat dilihat dari hasil
karyanya dalam kegiatan belajar. Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam
mengerjakan kegiatan belajar ini. Setiap peserta didik diharapkan mampu
mengerjakan tugas ini. Dalam SKH, peserta didik melakukan kegiatan ini secara
individu. Dari sini, pendidik sudah dapat mengamati siapa saja anak didiknya
yanng mampu melakukan dan siapa yang belum mampu.
Sistem
penilaian pendidikan yang ada di ranah kanak-kanak sebenarnya hanyalah proses
pemberian motivasi agar peserta didik selalu bersemangat untuk belajar ( berupa
stempel bintang ditangan atau di buku kerja peserta didik ). SKH dan raport lah
yang merupakan bentuk asli dari penilaian di tingkat pendidikan ini. Penilaian
tersebut melalui perkembangan kemampuan yang berupa kognitif,
afektif, dan psikomotorik para peserta didik.
MAKASIIH..ILMUNYA
BalasHapusSudah baca.. terima kasih
BalasHapus