Teori yang salah dan praktek yang
salah, tetapi dipulas dan didandani seakan semuanya menyenangkan dan
menimbulkan bayangan-bayangan menyenangkan. Yang kemudian menghasilkan persepsi
yang baik yang mungkin sebenarnya tidak benar dalam kenyataannya. Kebijakan yang dimulai dengan konsep dan
teori yang salah, akan menghasilkan praktek yang yang bukan hanya salah tetapi
juga mengakibatkan berbagai macam persoalan dalam kaitannya dengan hubungan
sosial dan nasib kemanusiaan. Hal ini juga tidak terpisah dengan praktek yang
dilakuakan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana segala sesuatu yang salah
bila dilanjutkan akan tetap salah dan fatalnya, hal tersebut dianggap benar.
Persoalan inilah yang banyak bermunculan di masyarakat. Mereka selalu
memikirkan teori-teori tanpa disertai dengan praktek nyata. Bayang-bayang yang
menyenangkan dalam hal ini membuat banyak orang terlena akan kemasan awal yang
menarik yang akhirnya bayang-bayang yang dinamakan teori ini dipakai untuk mengatasi segala sesuatu yang berakibat
memunculkan masalah-maslah baru dalam kehidupannya. Karena si pemakai teori
kurang paham apa yang dinamakan dengan teori.
Teori merupakan hubungan antara
konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan hubungan dari
kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan
simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau
realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang
lebih luas karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari
keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu
hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu
proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing. Buku ini memang bermaksud untuk memberikan penggolongan dari teori-teori tentang pendidikan yang diharapkan secara kuat mampu mengungkap perbedaan antara suatu teori dengan lainnya. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori, dan ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing. Buku ini memang bermaksud untuk memberikan penggolongan dari teori-teori tentang pendidikan yang diharapkan secara kuat mampu mengungkap perbedaan antara suatu teori dengan lainnya. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori, dan ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif, memberi
keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu
kea rah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk spekulatif titikpandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
2. Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk spekulatif titikpandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional, disini tampak
suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data
mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Teori juga memiliki fungsi dalam prakteknya. Fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesa dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesa itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Fungsi teori yang selanjutnya adalah digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Teori juga memiliki fungsi dalam prakteknya. Fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesa dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesa itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Fungsi teori yang selanjutnya adalah digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Dari
uraian diatas, teori adalah konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang
sistematis. Suatu teori dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia bukan teori.
Setiap teori mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori
sudah tidak relevan dan kurang berfungsi ladi untuk mengatasi masalah.
Teori adalah alur logika atau penalaran,
yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara
sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan,
meramalkan, dan pengendalian. Hal ini juga telihat dalam kehidupan sehari-hari,
bahwa setiap manusia memiliki teori-teori sendiri untuk menghadapai kehidupan
masing-masing. tak ubahnya dengan pendidikan. Dalam proses pendidikan, setiap
pendidik memerlukan suatu teori yang mampu menemani mereka dalam proses belajar
mengajar untuk siswa atau para peserta didiknya. Teori-teori yang terkenal
dalam konteks pendidikan, seperti teori motivasi, teori behaviouristik atau
perilaku, teori kebutuhan, teori pembelajaran dan lain sebagainya yang
kesemuanya tetap menyangkut mengenai pendidikan dan prosesnya.
Dalam hal ini, Pendidikan
diartikan sebagai proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang
bertujuan untuk memberdayakan diri.
Pendidikan adalah suatu proses yang pembelajaran tentang ilmu dalam
jangka yang lama yang berlangsung selama hidup kita. Pendidikan dalam arti
sempit adalah penanaman pengetahuan, keterampilan dan sikap pada masing-masing
generasi dengan menggunakan pranata-pranata, seperti sekolah formal yang
sengaja diciptakan untuk tujuan tersebut. Sehingga dapat dihubungkan keduanya
menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan.
Pendidikan merupakan sebuah institusi yang terkait
erat dengan proses produksi dan reproduksi pengetahuan. Disana adalah wadah
yang mana mau tidak mau harus menyiapkan sebuah generasi yang siap memasuki
masyarakat yang berubah menuju masyarajkat yang berbasis pengetahuan. Pendidikan yang menghasilkan manusia yang
siap memasuki masyarakat dengan segala tuntutan dan karakternya, maka
pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memberikan bekal kepada
generasi muda untuk memasuki perubahan dan masa depan. Dan karena pendidikan
merupakan salah satu harapan masyarakat yang diyakini bisa menumbuhkan sikap
moral yang baik atau dalam sisi pragmatisnya bisa digunakan untuk mencari
kesejahteraan.
Pendidikan yang dipandang sebagai tempat yang
bertanggungjawab dalam menumbuhkan tata nilai kemanusian, tata masyarakat yang
disemangati oleh prinsip keadilan dan kesejahteraan bersama memiliki suatu
peran untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa baik perempuan ataupun
laki-laki mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Redjo Mudyahardjo mengemukakan bahwa teori pendidikan
adalan sebuah system konsep yang terpadu, emnerangkan dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi
atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah
:
1. Pendidikan adalah actual, artinya
pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajaranya.
2. Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
2. Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Teori yang digambarkan sebagai suatu konsep
merupakan dasar bagi sebagaian masyarakat ataupun pendidik digunakan untuk
pegangang dalam mengambil suatu strategi bagi masalah yang akan dihadapi
sebagai seorang pengajar ataupun masyarakat biasa.
Dalam pendidikan, teori-teori yang ada kaitanya dengan pendidikan dipakai
untuk para pendidik sebagai suatu peggangan untuk mengatasi masalah-masalah
yang ada di dalam kelas ataupun luar kelas yang mana tetap mengenai masalah-masalah peserta didik dalam melaksanakan
proses belajar mengajarnya. Tidak hanya peserta didik, namun pendidik juga
dituntut untuk mengerti dan memahami teori apa saja yang cocok dalam mengatasi
segala problematika di kelas ataupun diluar kelas.
Teori yang digambarkan sebagai
sebuah konsep, seringkali dipakai dalam salah satu strategi dasar untuk
mengatasi suatu permasalahan. Hal ini juga dipakai dalam konteks pendidikan.
Dalam pendidikan diperlukan sebuah teori yang bagus untuk mengatasi
masalah-masalah pendidikan yang semakin banyak di Indonesia ini. Dalam hal ini
menimbulkan pertanyaan bagaimana implementasi teori-teori pendidikan dalam
praktek pendidikan di Indonesia.
a Praktek Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk
mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni,
pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan
ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga.
Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan
prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski
memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar
dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal
tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan Tertulis.
Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, maka
sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation",
suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya
tertentu. Konsekuensi dari pemyataan ini, maka praktek pendidikan harus sesuai
dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang dapat muncul dalam
berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat.
Tuntutan keharmonisan antara pendidikan dan kebudayaan bisa pula dipahami,
sebab praktek pendidikan harus mendasarkan pada teori-teori pendidikan dan
giliran berikutnya teori-teori pendidikan harus bersumber dari suatu pandangan
hidup masyarakat yang bersangkutan.
Praktek pendidikan
yang didasarkan pada teori-teori pendidikan
Di Indonesia yang merupakan negara yang masih berkembang, melihat praktek
pendidikan merupakan instrumen dalam proses pembangunan. Oleh karenanya, tidak
rnengherankan kalau seiring dengan semangat dan pelaksanaan pembangunan yang
dititik-beratkan pada pembangunan ekonomi, praktek pendidikan dijadikan alat
untuk dapat mendukung pembangunan ekonomi dengan mempersiapkan tenaga kerja
yang diperlukan dalam pembangunan. Dengan kata lain praktek pendidikan yang
bersumber pada kebijaksanaan pendidikan banyak ditentukan guna kepentingan
pembangunan ekonomi.
Kecepatan perkembangan pendidikan nasional ini cenderung mendorong
pendidikan ke arah sistem pendidikan yang bersifat sentralistis. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan semakin berkembangnya birokrasi untuk menopang proses
pengajaran tradisional yang semuanya mengarah pada rigiditas. Birokrasi
pusat cenderung menekankan proses pendidikan secara klasikal dan bersifat
mekanistis. Dengan demikian proses pendidikan cenderung diperlakukan
sebagaimana sebuah pabrik. Akibatnya pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan,
khususnya guru dan murid sebagai individu yang memiliki "kepribadian"
tidak banyak mendapatkan perhatian kurikulum, guru dan aturan serta prosedur
pelaksanaan pengajaran di sekolah dan juga di kelas ditentukan dari pusat
dengan segala wewenangnya. Misalnya, guru sebagai pembimbing untuk para peserta
didiknya yang memilliki segudang kekuasaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan.
Sentralisasi dan berkembangnya birokrasi pendidikan yang semakin luas dan
kaku akan menjadikan keseragaman sebagai suatu tujuan. Hasilnya, berkembanglah
manusia-manusia dengan mentalitas "juklak" dan "juknis"
yang siap diberlakukan secara seragam. Akibat lebih jauh di masyarakat
berkembang prinsip persetujuan sebagai kunci sukses; promosi dan komunikasi
adalah komando; interaksi dicampurkan dengan pertemuan-pertemuan resmi; dan
stabilitas yang dikaitkan dengan tindakan yang tidak mengandung emosi.
Karena kemerosotan kualitas pendidikan dikarenakan ketidak-mampuan
organisasi sekolah menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan lingkungan
sebagai akibat dari birokratisasi dunia, kualitas pendidikan yang
bersifatsentralistis, maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus didasarkan
pada kebijaksanaan debirokratisasi dan desentralisasi.
Desentralisasi pendidikan merupakan suatu tindakan mendelegasikan wewenang
kepada satuan kerja yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Desentralisasi
hanya sekedar mengurangi beban tanggung jawab di puncak kekuasaan dengan
memberikan sebagian tugas-tugas administrasi kepada aparat yang lebih rendah
maka desentralisasi tidak akan banyak artinya sebagai sarana peningkatan
kualitas pendidikan. Dewasa ini ketidak-mampuan sekolah meningkatkan kualitas
pendidikan mencerminkan ketidak-mampuan struktur dan sistem persekolahan. Kalau
tidak ada perubahan yang mendasar pada sistem pendidikan, maka segala upaya
peningkatan kualitas akan sia-sia. Oleh karena itu, kebijaksanaan yang
diperlukan di dunia pendidikan kita sekarang ini adalah desentralisasi yang
mendasar.
Ada beberapa tujuan yang perlu dicapai dengan kebijaksanaan desentralisasi.
Pertama, sistem persekolahan harus lebih tanggap terhadap kebutuhan individu
peserta didik, guru, dan sekolah. Kedua, iklim pendidikan harus menguntungkan
untuk pelaksanaan proses pendidikan.
Di samping mempertanyakan kualitas output pendidikan yang dianggap modern
ini, mulai dirasakan bahwa praktek pendidikan cenderung mendorong munculnya
generasi terdidik yang bersifat materialistik, individualistik dan konsumtif.
Tekanan kemiskinan menimbulkan obsesi bahwa kekayaan merupakan obat yang
harus segera diperoleh dengan segala cara dan dengan biaya apapun juga. Oleh
karena tujuan segala kegiatan adalah "kekayaan", dan yang lainnya
merupakan instrumental variabel untuk mencapai kekayaan tersebut. Oleh karena
itu pendidikan, politik bahkan agama dijadikan sarana dan alat untuk
mendapatkan kekayaan. Pendidikan, secara khusus, akan diberlakukan sebagai
lembaga yang mencetak "tenaga kerja", bukan lembaga yang menghasilkan
"manusia yang utuh" (the whole person). Konsep
tersebut akan menimbulkan tekanan yang berlebihan pada hasil tanpa menikmati
prosesnya. Sekolah dijalani oleh seseorang agar mendapatkan ijazah untuk bekerja.
Proses sekolahnya sendiri tidak pernah dinikmati, karena tidak penting.
Dua mental tersebut bisa menjadi faktor yang akan merusak kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengembalikan kesadaran di
kalangan masyarakat khususnya generasi muda; pentingnya pencapaian tujuan
jangka panjang, memahami makna proses yang harus, dilalui dan menyadari akan
pentingnya nilai-nilai yang harus muncul dari diri sendiri.
Pendidikan berwawasan luas bersifat sistemik organik, dengan ciri-ciri
fleksibel-adaptif dan kreatif-demokratis. Bersifat sistemik-organik berarti
sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak dapat
dilihat sebagai hitam-putih, melainkan setiap interaksi harus dilihat sebagai
satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada.
Fleksibel-Adaptif, berarti pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses
learning dari pada teaching. Peserta didik dirangsang memiliki
motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues learning.
Tetapi, peserta didik tidak akan dipaksa untuk mempelajari sesuatu yang tidak
ingin dipelajari. Materi yang. dipelajari bersifat integrated, materi
satu dengan yang lain dikaitkan secara padu dan dalam open-system environment.
Pada pendidikan ini karakteristik individu mendapat tempat yang layak.
Disini pendidik berperan sebagai orang yang mendukung atau si motivator
untuk para peserta didiknya. Dalam dunia pendidikan, hal ini memerlukan suatu
teroi yang mendudkung tindakan tersebut yakni teori motivasi. Motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini
berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakaukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi merupakan kekuatan, baik dari
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat
digambarkan sebagai dorongan mental terhadap perorangan aatau individual
sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga di jabarkan sebgai proses untuk
mencoba mempengaruhi orang lain agar dapat melaksanakan apa yang diinginkan.
Teori motivasi cenderung bertumpu pada dorongan dan pencapaian kepuasan serta
asas kebutuhan.
Kebutuhan merupakan hal pokok yang mendasar yang
selalu dijadikan sebuah maslah bagi masyarakat sekarang. Dengan kebutuhan,
mampu menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya dengan cara
apapun. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku
seseorang. Perilaku tersebut pada hakikatnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dengan demikian motivasi merupakan kekuatan untuk mendorong seseorang
melakuakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan2 ini pada dasarnya
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti 1. Keinginan yang
hendak dipenuhi. 2. Tingkah laku. 3. Tujuan. 4. Umpan balik.
Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi
dasar ( basic motivations process),
1.(5) Needs, desires, or expectation 2. behaviour
4. Feedback 3. goals
Gambar. alur Proses motivasi
dasar.
Motivasi terjadi seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu
kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk
mengubah situasi yang tidak memuaskan lebih menjadi terpuaskan. Atau
menyenangkan.
Maslow , sebagai tokoh aliranhumanisme, menyatakan
bahwa kebutuhan manusia secara hirarkies semuanya laten dalam diri seseorang
atau manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis ( sandang
pangan), kebutuhan rasa aman( bebas bahaya), kebuthan kasih sayang, kebutuhan
dihargai dan dihormati, kebutuhan aktulaisasi diri. Hal diats merupakan suatu
kebutuhan yang mendasar.
Dalam pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara
memenuhi peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan
sebaik mungkin. Misalnya: seorang guru dapat memahami keadaan peserta didik
mereka secara perorangan, memelihara suasana belajar yang kondusif, keberadaan
peserta didik ( rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa
cemas), dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya, tempat belajar
menyenangkan , bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam belajar.
Sifat
yang kedua adalah Kreatif-demokratis, berarti pendidikan senantiasa menekankan
pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan sesuatu yang baru dan
orisinil. Secara paedogogis, kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari
mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa
proses kreatif demokrasi tidak akan memiliki makna. Dalam sifat ini, teori yang terkait dengan hal ini adalah teori
behaviouristik, yakni teori yang yang berbicara tentang perilaku dan sikap
seseorang dalam bertindak. Hal ini lah yang mempengaruhi pelaksanaan praktek
pendidikan di Indonesia secara lancar. Yang mana dengan pendidikan, manusia
dapat memperoleh / merubah perilaku yang lebih baik, sopan dan dapat diterima di
masyarakat luas. Teori belajar
behaviouristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan
dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan
akibat adanya interaksi
antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor
lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Dalam
pendidikan, teori ini dipakai dalam proses penerimaan stimulus agar dapat
direspon oleh para peserta didik, atau lebih diartikan sebagai proses
mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didiknya. Yang mana lama kelamaan
akan dapat merubah perilaku para peserta didik untuk menjadi yang lebih baik
dengan pertimbangan pengalaman dan dari proses belajar bersama. Hampir setiap
hari proses ini dilakukan antara pendidik dengan peserta didik, yakni biasanya
berbentuk komunikasi antar keduanya.
Pendidikan
dan kebudayaan
Berbagai penyimpangan yang ada dalam masyarakat, misalnya membesarkan
jumlah pengangguran, berkembangnya mentalitas jalan pintas, sikap materialistik
dan individualistik, dominannya nilai-nilai ekstrinsik terutama di kalangan
generasi muda, dari satu sisi bisa dikaitkan dengan kegagalan praktek
pendidikan yang berkiblat ke Amerika. Dengan kata lain, praktek pendidikan yang
kita laksanakan tidak atau kurang cocok dengan budaya Indonesia. Untuk itu,
perlu dicari sosok bentuk praktek pendidikan yang berwajah Indonesia.
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung dalam suatu budaya tertentu.
Banyak nilai-nilai budaya dan orientasinya yang bisa menghambat dan bisa
mendorong pendidikan. Bahkan banyak pula nilai-nilai budaya yang dapat
dimanfaatkan secara sadar dalam proses pendidikan. Sebagai contoh di Indonesia,
perjuangan untuk memperoleh pendidikan merupakan nilai budaya yang
dimanfaatkan praktek pendidikan untuk mengembangkan etos kerja. Sebagian besar
masyarakat Indonesia yang tergolong miskin ini, melihat pendidikan sebagai
suatu hal yang mahal harganya. Karena saking ketidakberdayaannya, orang tua tidak
mampu untuk membiayai sekolahnya. Oleh karena itu dalam belajar , para peserta
didik yang ada dalam golongan ini memanfaatkan waktunya untuk belajar dan mencari
biaya tambahan untuk biaya sekolahnya. Kerja keras diterima bukan sebagai
beban, melainkan dinikmati sebagai pengabdian. Selain semangat kerja keras,
budaya baru yang ada di Indonesia juga menekankan rasa keindahan yang
tercerminkan pada ketekunan, hemat, jujur dan bersih sebagaimana semangat
orang-orang miskin diwujudkan dalam hasil akhir proses belajar mereka yang
tercermin dalam kesuksesan mereka dalam menimba ilmu dan kehidupan mereka
dimasa mendatang. Seperti halnya cerita dalam novel “orang miskin dilarang sekolah” yang menceritakan tentang perjuangan
orang-orang miskin yang ada di desa untuk menimba ilmu dengan keadaan seadanya.
Maksudnya, mereka mampu bertahan dengan fasilitas yang minimal dan
ejekan-ejekan teman-temannya hingga akhirnya mereka mampu menyelesaikan proses
belajar mereka dengan lancar.
Perkembangan dan problem pendidikan
Semenjak Orde Baru, perkembangan sektor pendidikan di Indonesia berkembang
dengan pesat. Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi pada perkembangan
sektor pendidikan didasarkan pada asumsi bahwa dengan pendidikanlah pembangunan
ekonomi Indonesia akan berhasil dengan baik. Didukung dengan hasil minyak bumi,
maka perkembangan sarana fisik, khususnya gedung sekolah dasar dapat
dilaksanakan pada tingkatyang luar biasa. Puluhan ribu guru diangkat, ratusan
judul buku paket dicetak, training dan bentuk latihan peningkatan
kualitas guru diselenggarakan. Dan hasilnya secara statistik perkembangan
pendidikan di Indonesia sangat menggembirakan.
Namun, dibalik angka-angka di atas, dunia pendidikan di Indonesia masih
menghadapi problema yang berat, yang dapat dikategorikan menjadi: a) internal
in-efficiency, b) external in-efficiency, dan c)
ketidakmerataan kesempatan pendidikan. internal in-efficiency
dalam sektor pendidikan berujud dalam bentuk tingginya angka drop-outs
dan angka repeaters (ulang kelas yang sama). Sedangkan external in-efficiency
berujud lulusan pendidikan tidak dapat diserap oleh pasar tenaga kerja
ataupun dapat dipakai tetapi antara pekerjaan yang dilakukan berbeda dengan
pendidikan yang diperoleh. Sedang ketidakmerataan pendidikan berujud adanya
perbedaan memperoleh kesempatan pendidikan antara laki-laki dan wanita, antara
penduduk kota dan penduduk desa dan antara kaya dan miskin.
Problematika yang ketiga adalah
ketidakmerataan kesempatan mendapatkan pendidikan. Ketidakmerataan ini bisa
dilihat menurut sex, tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial
ekonomi. Teori klasik menyatakan bahwa pendidikan akan menjembatani jurang
antara kelompok kaya dan kelompok miskin di masyarakat sudah banyak mendapatkan
kritikan dan tantangan. Teori-teori Dependency, dengan bukti bukti empiris dari
dunia ketiga, menunjukkan bahwa justru pendidikan memperbesar jurang kaya dan miskin.
Sebab pada diri pendidikan itu sendiri terdapat stratifikasi sosial. Perbedaan
pendidikan menurut status ekonomi antara kaya dan miskin masih sulit untuk
dipecahkan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas sekolah. Kualitas sekolah
dan juga jenis atau jurusan akan menentukan status di masa depan. Sedangkan
sebagian besar anak didik yang bisa memperoleh sekolah "favorit"
datang dari kalangan keluarga mampu, sedang keluarga yang relatif miskin akan
memperoleh sekolah yang juga relatif rendah kualitasnya. Hal ini tidak
mengherankan, karena anak didik yang dapat memenuhi kualifikasi untuk masuk
sekolah favorit sebagian besar adalah anak dari keluarga yang relatif mampu,
yang memang secara riil lebih pandai.
Kesadaran bahwa pendidikan harus senantiasa tanggap terhadap kemajuan telah
mendorong para ahli dan pengambil keputusan di bidang pendidikan untuk terus
menerus mengadakan pembaharuan. Pembaharuan pendidikan secara langsung
dimaksudkan untuk memecahkan ketiga problema di atas: internal in-efficiency,
external in-efficiency, dan ketidakmerataan pendapatan. Secara
tidak langsung, perubahan-perubahan di sektor pendidikan: misalnya, perubahan
struktur pendidikan dan kurikulum, baik dalam arti content dan instructional
delivery system, merupakan upaya agar pendidikan menjadi agent of
development yang canggih.
Dalam setiap pembaharuan pendidikan, guru memegang peran yang strategis,
sebab merekalah yang merupakan pelaksana pembaharuan pada level kelas. Namun,
pengalaman di Indonesia menunjukkan guru lebih banyak dilihat sebagai
objek dalam pembaharuan pendidikan. Sehingga setiap kebijaksanaan sebagai
ujud pembaharuan pendidikan lebih banyak bersifat instruksi yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan dan tidak ada ruang bagi guru untuk berimprovisiasi. Perencanaan
dan kebijaksanaan nasional memang perlu, namun perlu dicatat bahwa pelaksanaan
pembaharuan pendidikan sangat tergantung pada semangat, rasa keterlibatan, dan
kesadaran para guru. Guru akan memberikan respon yang positif pada setiap usaha
pembaharuan yang akan dapat meningkatkan kemampuan profesional mereka dan
memberikan ruang bagi mereka untuk berimprovisasi secara aktif dalam proses
pembaharuan tersebut. Oleh karena itu setiap upaya pembaharuan pendidikan
seharusnya menjadikan guru sebagai partisipan yang aktif, tidak hanya sebagai
penerima pembaharuan. Pembaharuan pendidikan yang cenderung menjadikan guru
sebagai objek dan sekedar penerima pembaharuan, apalagi hanya lewat instruksi,
cenderung untuk gagal. Dalam kaitan ini perlu untuk didengar pendapat Fullan
bahwa keberhasilan pembaharuan pendidikan tergantung pada apa yang difikir dan
dilakukan guru.
Di samping apa yang dikemukakan di atas, pembaharuan pendidikan di
negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia, jarang mengevaluasi dan
mengembangkan aspek lain dari pendidikan formal di luar kurikulum dan kemampuan
guru. Di samping aspek kurikulum dan kemampuan guru, sekolah mempunyai aspek
lain, yaitu aspek sosiologis; sekolah merupakan "a mini society".
Sebagai suatu masyarakat kecil, sekolah merupakan cermin dari masyarakat
dimana sekolah itu berada. Apa yang terdapat dan terjadi di masyarakat, pada
dasarnya terujud juga dalam sekolah. Di sekolah terdapat aturan-aturan yang
mengikat para anggotanya, baik anak didik maupun guru. Ada norma-norma dalam
pergaulan yang harus dipatuhi, terdapat interaksi antara sesamanya baik secara
individual maupun kelompok, terdapat konflik-konflik interes baik nampak maupun
tersembunyi. Sangsi-sangsi akan dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar
tatanan yang ada. Hak-hak dan kewajiban guru dan murid diakui.
Dalam proses "transfer of culture", termasuk
di dalamnya proses pembentukan kepribadian, sikap, rasa dan juga
intelektualitas, aspek sekolah sebagai "a mini society"
sangat penting artinya. Model sekolah Muhammadiyah dengan memadukan antara
Masjid dan gedung sekolah, merupakan bentuk pengakuan pentingnya aspek sekolah
sebagai masyarakat kecil tersebut.
Dalam dunia pendidikan terdapat dua teori yang berkaitan dengan sekolah
sebagai masyarakat kecil ini. Pertama, sekolah tempat melatih dan mempersiapkan
anak didik untuk terjun pada kehidupan mereka di masa mendatang. Kedua, sekolah
merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri, bukannya tempat mempersiapkan
anak didik. "School is not preparation for life, but life
it self" (Dewey, 1944).
Implikasi praktis dari teori pertama, anak didik dalam proses pendidikan
diberlakukan sebagai objek pendidikan. Mereka merupakan objek yang tengah
digembleng dan dicetak agar mampu mengarungi kehidupan di kemudian hari. Mereka
bukanlah subjek di dunia sekolah yang ada ini. Sayangnya, kemajuan yang pesat
di bidang ilmu dan teknologi menyebabkan perubahan-perubahan yang berlangsung
di masyarakat sangat cepat dan sulit itu bisa diramalkan dengan tepat
(lihatToffler, 1974, 1981).
Teori kedua, menekankan hendaknya sekolah diselenggarakan sedemikian rupa
sehingga betul-betul merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri. Implikasi
dari teori ini adalah anak didik merupakan subjek dari proses pendidikan.
Kehidupan sosial anak didik dalam masyarakat kecil tersebut merupakan dasar dan
sumber dari transformasi kehidupan. Peran paling penting dalam proses
pendidikan bukanlah terletak pada mata pelajaran yang diberikan, melainkan pada
aktifitas dan interaksi sosial anak didik itu sendiri. Peran guru menurut
falsafah ini lebih banyak bersifat tut wuri handayani; memberikan dorongan dan
motivasi agar para anak didik mampu memperluas kemampuan pandang, unluk
mengembangkan berbagai altematif dan pengambilan keputusan dalam aktifitas
kehidupan serta memperkuat kemauan untuk mendalami dan mengembangkan apa yang
dipelajari dalam proses kehidupan itu. Namun, perlu difahami pula, bahwa dengan
menjadikan anak didik sebagai subjek dalam proses pendidikan tidak berarti
sekolah bersifat "value free". Tetap saja, sekolah
lewat guru dan kurikulum akan menanamkan values, tetapi dengan cara "value-fair".
Artinya dalam usaha menanamkan nilai-nilai, guru tidak akan memaksakan sesuatu
nilai tertentu kepada anak didiknya. Melainkan guru melakukan usaha-usaha
dengan berbagai cara atau metoda, berbagai alat bantu, agar anak didik akan
membenarkan dan menerima nilai-nilai yang ia ajarkan, anak didik sendirilah
yang menemukan dan mengadopsi nilai-nilai yang ditargetkan oleh sekolah untuk
ditanamkan pada anak didiknya.
Sudah barang tentu pembaharuan pendidikan di negara kita di masa mendatang
harus pula memperhitungkan aspek sekolah sebagai "a mini society"
ini. Pembaharuan pendidikan tidak berarti harus mengambil salah satu teori
pendidikan secara murni. Yang penting adalah bagaimana pembaharuan pendidikan
bisa membuahkan kebijaksanaan yang mengarahkan agar pendidik bisa memanfaatkan
variasi interaksi dan pengalaman riil yang diperoleh anak didik di sekolah
sebagai upaya untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Dengan kata, lain untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar
perlu ada kerjasama yang erat antara orang tua dan guru, antara sekolah dan
rumah. Orang tua tahu apa yang terjadi di sekolah, sebaliknya guru bisa
memberikan pengarahan apa yang seyogyanya dilakukan oleh orang tua terhadap
anak dalam rangka menunjang keberhasilan anak di sekolah.
a Kesimpulan
Teori
pendidikan adalah sebuah system konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif
tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai
asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan
sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna.
Pendidikan diartikan
sebagai proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan
untuk memberdayakan diri. Pendidikan adalah
suatu proses yang pembelajaran tentang ilmu dalam jangka yang lama yang
berlangsung selama hidup kita. Pendidikan dalam arti sempit adalah penanaman
pengetahuan, keterampilan dan sikap pada masing-masing generasi dengan
menggunakan pranata-pranata, seperti sekolah formal yang sengaja diciptakan
untuk tujuan tersebut. Sehingga dapat dihubungkan keduanya menjadi satu
kesatuan yang utuh dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan.
Dalam proses pendidikan, setiap pendidik memerlukan suatu teori yang
mampu menemani mereka dalam proses belajar mengajar untuk siswa atau para
peserta didiknya. Teori-teori yang terkenal dalam konteks pendidikan, seperti
teori motivasi, teori behaviouristik atau perilaku, teori kebutuhan, teori
pembelajaran dan lain sebagainya yang kesemuanya tetap menyangkut mengenai
pendidikan dan prosesnya.
Pendidikan
merupakan sebuah institusi yang terkait erat dengan proses produksi dan
reproduksi pengetahuan. Disana adalah wadah yang mana mau tidak mau harus
menyiapkan sebuah generasi yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju
masyarajkat yang berbasis pengetahuan.
Pendidikan yang menghasilkan manusia yang siap memasuki masyarakat
dengan segala tuntutan dan karakternya, maka pendidikan tersebut dapat
dikatakan berhasil dalam memberikan bekal kepada generasi muda untuk memasuki
perubahan dan masa depan. Dan karena pendidikan merupakan salah satu harapan masyarakat
yang diyakini bisa menumbuhkan sikap moral yang baik atau dalam sisi
pragmatisnya bisa digunakan untuk mencari kesejahteraan.
Pendidikan berwawasan luas bersifat sistemik organik, dengan ciri-ciri
fleksibel-adaptif dan kreatif-demokratis. Bersifat sistemik-organik berarti
sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak dapat
dilihat sebagai hitam-putih, melainkan setiap interaksi harus dilihat sebagai
satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada.
Fleksibel-Adaptif, berarti pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses
learning dari pada teaching. Peserta didik dirangsang memiliki
motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues learning.
Tetapi, peserta didik tidak akan dipaksa untuk mempelajari sesuatu yang tidak
ingin dipelajari. Materi yang. dipelajari bersifat integrated, materi
satu dengan yang lain dikaitkan secara padu dan dalam open-system environment.
Pada pendidikan ini karakteristik individu mendapat tempat yang layak. Hal ini
terkait dengan teori motivasi. Dalam pendidikan, teori ini
dilakukan dengan cara memenuhi peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar
yang maksimal dan sebaik mungkin. Misalnya: seorang guru dapat memahami keadaan
peserta didik mereka secara perorangan, memelihara suasana belajar yang
kondusif, keberadaan peserta didik ( rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar,
bebas dari rasa cemas), dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya, tempat
belajar menyenangkan , bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam
belajar.
Sifat yang kedua adalah Kreatif-demokratis,
berartipendidikan senantiasa menekankan pada suatu sikap mental untuk
senantiasa menghadirkan sesuatu yang baru dan orisinil. Secara paedogogis,
kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari mata uang. Tanpa demokrasi
tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa proses kreatif demokrasi tidak
akan memiliki makna. Dalam sifat ini, teori
yang terkait dengan hal ini adalah teori behaviouristik, yakni teori
yang yang berbicara tentang perilaku dan sikap seseorang dalam bertindak. Hal
ini lah yang mempengaruhi pelaksanaan praktek pendidikan di Indonesia secara
lancar. Yang mana dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh / merubah
perilaku yang lebih baik, sopan dan dapat diterima di masyarakat luas. Teori
ini juga dipakai dalam proses penerimaan stimulus agar dapat direspon oleh para
peserta didik, atau lebih diartikan sebagai proses mempengaruhi antara pendidik
dengan peserta didiknya. Yang mana lama kelamaan akan dapat merubah perilaku
para peserta didik untuk menjadi yang lebih baik dengan pertimbangan pengalaman
dan dari proses belajar bersama. Hampir setiap hari proses ini dilakukan antara
pendidik dengan peserta didik, yakni biasanya berbentuk komunikasi antar keduanya.
Dari teori-teori pendidikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa implementasi teori-teori pendidikan dalam praktek pendidikan
dapat dilihat dari proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Yang
mana dari dasar teori tersebut dapat menghasilkan peserta didik yang terdidik
dengan proses pembelajaran yang dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung ataupun diluar kelas. Penerapan teori-teori pendidikan yang ada di dalam pendidikan berlangsung
secara efektif. Hal tersebut dapat terlihat dari dua teori yang berjalan dengan
lancar yakni dapat menghasilkan atau menumbuhkan semangat peserta didik dalam memperoleh pendidikan serta menjawab
semua pertanyaan tentang kegunaan mendapat pendidikan yang layak bagi orang-orang
yang tergolong miskin.
Daftar
pustaka
Manan, Imran. 1989. Antropologi Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: P2LPTK.
Moleong, Lexy J.1997. Metodotologi Penelelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Prasetyo,Wiwid. 2009. Orang Miskin Dilarang sekolah (Mimpi-mimpi
Tag terjawab). Yogyakarta: Diva Press.
Soyomukti, Nurani. Teori-Teori Pendidiksn. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Uno, Hamzah B.. 2007.Teori motivasi dan pengukurannya analisis di
bidang pendidikan. Jakarta: PT. Bumi aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar