Selasa, 01 Januari 2013

Critical Review_i not stupid I_


Judul   :  I not stupid
Durasi  :  105 menit
Critical Review

            Dalam film yang berjudul “i not stupid” ini menceritakan tentang gambaran pendidikan yang menganut sistem tingkat  kepandaian. Maksudnya setiap murid dikualifikasikan menurut kepandaian mereka dalam bidang matematika dan bahasa inggris. Film pendidikan yang berdurasi 105 menit ini memiliki kesamaan dalam pembelajaran pengetahuan untuk siswa tentang sistem yang dipakai setiap sekolah, seperti halnya pemakaian kualifikasi menurut kepandaian siswa dalam bidang matematika dan bahasa inggris, atau lain halnya dengan sekolah yang menerapkan sistem acak, sehingga setiap kelas terdapat murid pandai, murid sedang dan murid yang kurang pandai. Film ini dapat memberikan referensi bagi penontonnya dalam bidang pengetahuan pendidikan.
Di negara kita Indonesia, sudah jarang sekali menemukan sekolah yang memakai sistem seperti yang diterapkan di film “i not stupid” ini. Kualifikasi yang ada di Indonesia menggunakan kepandaian yang dibedakan menjadi dua yaitu ilmu exacta atau ilmu sosial, itupun hanya ada di sekolah menengah atas (SMA) atau juga menurut kemauan/kemampuan seni  siswa sendiri seperti sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sekolah teknik menengah (STM).  Dalam film ini, sekolah favorit yang ada di Singapura ini dianggap sebagai sebuah penjara bagi murid yang berada ditingkat level bawah. Mereka yang berada di level tersebut (EM3) sering mengalami kekerasan dari murid level atas sendiri atau yang disebut dengan EM1, seperti perlakuan tidak adil, diolok2, dan dikucilkan oleh kelas EM1.  Di level EM3 diberi julukan dengan nama kelas tanpa bakat yang mana murid-muridnya kurang pandai dalam ilmu matematika dan bahasa inggris. Tidak hanya muridnya saja, tapi orang luar seperti wali murid dari EM1 juga meremehkan keberadaan murid atau kelas EM3.  Mereka dianggap sebagai seseorang tak mampu untuk belajar dan memiliki pengaruh yang buruk bagi kehidupan murid EM1. Bahkan gurunya sendiri juga meremehkan keberadaannya. Tetapi mereka memiliki keahlian sendiri-sendiri, seperti kok pin yang pandai menggambar sejak kecil yang akhirnya dapat membawa dia sebagai pelukis yang terkenal. Kemudian Terry yang memiliki sikap sangat patuh kepada ibunya membuat dia terlihat kurang pandai dihadapan teman-temannya tetapi kemampuan bahasa Chinanya sangat bagus. Yang lainnya adalah boon hock yang sebenarnya pandai bila dia rajin belajar dan mengasah pengetahuannya. Hasilnya, dia mendapatkan nilai matematika tertinggi di kelas EM3 dengan nilai 92. Sebetulnya, setiap anak memiliki kemampuan atau bakat masing-masing yang mungkin masih terpendam yang memerlukan latihan secara teratur untuk mengasah dan memunculkan bakat tersebut. Boon Hock mengajari kita tentang kerja keras tanpa putus asa yang akan membawa pada keberhasilan di lain waktu. Setiap anak memiliki potensi diri yang berbeda.
Disisi lain, film ini kurang mengajarkan tentang pendidikan moral yang mana tercermin oleh kelakuan para murid-murid kelas EM1 ataupun EM3. Mereka akan selalu membantah apa yang dikatakan guru mengenai bahasa china atau pun yang berada di kelas EM3 bermasalah dengan pelajaran matematika dan bahasa inggris yang mana bagi masyarakat Singapura, bila seseorang tidak memiliki atau kurang memiliki kemampuan itu akan sulit bertahan di masyarakat. Dan memandang sebuah “gelar” sebagai sesuatu yang sangat mempengaruhi jalanya kehidupannya kelak. Pendidikan moral adalah suatu proses dimana individu mendapatkan pengajaran mengenai moralitas. Menurut Durkheim dengan adanya pendidikan moral, akan dapat menolong anak-anak mengembangkan sikap moral terhadap masyarakat. Durkheim melihat sekolah sebagai salah satu institusi yang akan memberikan landasan sosial bagi moralitas modern. Dalam film yang mengedepankan pendidikan matematika dan bahasa inggris ini kurang atau bahkan tidak mengajarkan kepada muridnya tentang pendidikan moral. Mereka senang dengan apa yang mereka lakukan atau denga kata lain, mereka kurang memperhatikan nasehat gurunya. Padahal, durkheim juga melihat ruang kelas sebagai tempat dimana kesadaran kolektif akan tercipta dengan kekuatan yang cukup untuk menanamkan sikap moral. Ruang kelas bisa memberikan pergaulan kolektif yang beragam dan penting dalam menciptakan representasi kolektif. Hal ini akan memungkinkjan pendidikan hadir untuk hadir memproduksi semua elemen moral.
Pendidikan moral tidak hanya dapat dilakukan di ruang kelas tapi juga diluar kelas seperti rumah ataupun lingkungan sekitar. Seperti yang dilakukan oleh Terry yang selalu diajarkan tentang moralitas oleh ibunya. Dia hanya patuh dengan ibunya. Tetapi pendidikan moral yang ditempa terlalu dalam akan menghasilkan perilaku yang kurang baik. Terry menerapkan demikian, dy selalu patuh dengan ucapan orang dewasa sehingga membuatnya dalam masalah besar. Di film ini tujuan pendidikan moralitas tidak tercipta karena kurangnya pendidikan moralitas yang ada disana. Film ini hanya mngedepankan gelar sebagai sesutau yang tinggi yang dihargai oleh masyarakat. Tujuan pendidikan itu sndiri adalah pendidikan moralitas akan memberikan individu kedisiplinan yang mereka butuhkan untuk mengendalikan nafsu yang mengancam mereka, bisa mengembangkan suatu rasa pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moral dalam diri murid, dan peran pendidikan dalam pengembangan otonomi, dimana kedisiplinan dinginkan secara sukarela dan keterikatan terhadap masyarakat lahir dari persetujuan yang mencerahkan. Pendidikan moral yang terdapat di film ini adalah  melihat suatu “gelar“ sebagai alat yang dapat mempertahankan individu dalam masyarakat, dimana individu tersebut akan dipandang oleh masyarakat lain. Sedangkan individu atau masyarakat yang tidak memiliki gelar akan diremehkan keberadaannya oleh masyarakat lainnya. Dalam suatu jalannya pendidikan, pendidikan moral merupakan pendidikan awal bagi murid untuk patuh terhadap guru. Sebenarnya mengajarkan moralitas bukan untuk mendoktrin, akan tetapi untuk menjelaskan bagaimana pendidikan moral yang sebenarnya. Sehingga bila pendidikan moral kurang diterapkan dimasyarakat, masyarakat tersebut perlu melakukan reformasi terhadap sistem yang dipakainya,bukan dari para filsuf atau sosiolog, tapi dari kekuatan masyarakat itu sendiri dalam memahami moralitas.
Di dalam kacamata sosiologi pendidikan, melihat permasalahan ini dari intelegensi seseorang yang berbeda-beda. Intelegensi adalah tingkat kecerdasan seseorang. Individu dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan cerdas dan golongan pintar. Golongan cerdas adalah golongan yang memiliki kemampuan untuk merefleksikan keadaan atau juga dipengaruhi oleh faktor gen. Sedangkan golongan pintar adalah golongan yang memiliki kemampuan memahami sesuatu yang dapat dibentuk melalui pembelajaran matteri secara tekun atau dapat juga melalui hafalan dan pengalaman kehidupannya. Seperti yang ada disekolah favorit tersebut, yang melihat seseorang dari tingkat intelegensinya. Sebenarnya seseorang memiliki modal yang sama, hanya saja tergolong intelegensi yang mana, kalau digolongan pintar, mereka hanya memerlukan sedikit atau banyak waktu untuk belajar memahami permasalahan atau pelajaran. Sedangkan pada golongan cerdas memiliki kemampuan merespon secara cepat suatu permasalahan atau pelajaran. Untuk mengetahui seseorang dalam penguasaan materi, intelegensi terdapat test yang dinamakan test Bjinet dan pengalaman yang berorientasi pada IQ seseorang. Dalam kehidupan menggolongan keintelegensian seseorang dirasa perlu, karena individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda, Seperti yang digambarkan oleh film yang berjudul “i not stupid” ini. Tetapi penggolongan yang dilakukan dalam film ini kurang spesifik. Sehingga anak yang kurang pandai dalam matematika diharuskan bisa menghadapi soal matematika dan bahasa inggris. Spesifikasi yang kurang spesifik ini menjadi anak yang kurang pandai seperti kok pin memilih jalan yang hampir salah yaitu bunuh diri. Tetapi motovasi guru juga menjadi syarat bagi terciptanya semangat belajar seorang murid. Hal ini tercermin dari boon hock yang masih mau mengasah kemampuannya yang akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan. Segala sesuatu haruslah dipelajari dulu dan jangan putus asa terlebih dahulu, karena selalu ada jalan bila kita mau berusaha. Dan Terry sudah mampu memutuskan sesuatu yang besar dalam kehidupannya. Semua memang melalui proses yang panjang ataupun singkat tetapi mendapatkan hasil yang serupa. Kecerdasan seseorang tidak dapat dipaksakan tetapi dapat diasah melalui metode yang berbeda-beda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar